BAB I
v PENDAHULUAN
Perkembangan budidaya udang di
indonesia sejak tahun 2002 hingga 2007,lebih banyak di dominasi oleh usaha
budidaya udang vaname di tambak. Banyak pengembang usaha budidaya tambak mulai
melirik dan beralih keusaha budidaya udang vaname yang lebih menjanjikan
kesuksesan dan keuntu gan dibandingkan
usaha budidaya udang windu. Sementara itu udang windu sebagai komoditas
asli indonesia perkembanganya terseok-seok akibat banyaknya petani atau
pengusaha yang traumatik akibat kegagalan di dalam usaha budidayanya. sebagian
besar hanya petani tradisional dan petani yang tangguh serta petani yang letak
lokasinya jauh dari sumber benih vaname yang masih menekuni tambaknya dengan
kegiatan udang windu , selebihnya berbondong-bondong mengejar keuntungan
melalui usaha budidaya udang vaname di tambak.
Secara umum lahan tambak yang
masih aktif beroperasional dan berproduksi pada saat sekarang berkisar antara
20-30%. Dengan kondisi budidaya udang seperti ini ,banyak petambak sementara
waktu meninggalkan lahan tambaknya untuk tidak dioperasionalkan .berbagai
program pemerintah yang dalam hal ini dipelopori oleh Departemen kelautan dan
perikanan telah berusaha keras membangkitkan kembali kejayaan budidaya udang di
indonesia, dengan meluncurkan berbagai teknologi BMP (best management
practices), teknologi CBIB (Cara Budidaya Ikan Secara Baik Dan Benar), dll.
Perkembangan udang khususnya budidaya udang windu di tambak, sampai saat ini
belum banyak mengalami kemajuan karena
banyak budidaya yang traumatik, ditambah dengan sulitnya penanganan penyakit
SEMBV pada budidaya udang windu, serta tingginya bahan-bahan operasional
kegiatan budidaya membuat kelesuan berlanjut hingga sekarang.
Salah satu faktor penyebab
kegagalan budidaya uang di tambak adalah kurangnya pemahaman dan tidak konsisten
di dalam menerapkan suatu paket teknologi budidaya yang benar serta terlupakan
perlunya penerapan SOP (standart operasional prosedure) spesifik lokasi
pelanggaran kaidah-kaidah berbudidaya masi sering terjadi, tidak jarang
berujung pada munculnya serangan penyakit pada udang dan akhirnya gagal
berproduksi. Oleh karena itu konsep dasar dari budidaya hendaknya diterapkan
secara baik dan benar. Salah satu konsep dasar dari kegiata budidaya udang di tambak adalah
penerapan manajement pemeliharaan selama kegiatan budidaya berlangsung. Dalam
melakukan budidaya udang maka seluruh rangkaian kegiataanya harus terprogram.
Kesalahan di dalam management pemeliharaan budidaya udang akan berdampak tidak
saja pada laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup, tingginya konversi rasio
pakan (FCR), menurunya kualitas tanah dan air, namn juga berdapak oada kualitas
udang sebagai hasil akhir produk budiaya. Terkait dengan anyaknya kasus
penolakan udang oleh negara pengimpor karena tingginya kandungan bakteri dan
residu antibiotik terlarang dalam tubuh udang, maka di dalam pelaksanaan
kegiatan budidaya udang juga harus memperhatikan faktor keamanan pangan (food
safety).
1
BAB II
v DESKRIPSI BISNIS
Udang windu masih merupakan
komoditas utama dalam usaha budidaya tambak. Terlepas dari berbagai
permasalahan dalam usaha budidaya yaitu adanya kegagalan dalam pembesaran di
tambak , hingga saat ini komoditas udang windu masih merupakan pilihan utama
untuk di budidayakan oleh petambak terutama petambak sederhana. Hal in i dikarenakan
udang windu mempunyai harga pasar yang baik dan relatif stabil. Secara ekonomis
keberhasilan panen udang windu ukuran konsumsi memberikan keuntugan yang
tertnggi per satuan waktu di bandingkan komoditas ikan lainya. Sehingga banyak
petambak sederhana walaupun dengan kemampuan teknis budidaya udang windu sangat
terbatas namun terus melakukan penebaran benih udang.
Areal tambak dengan panjang garis
pantai yang lebih dari 81.000 KM menyimpan potensi besar bagi usaha budidaya
tambak udang. Sebagian besar areal tambak tersebut lebih dari 80 % masih
dikelola secara tradisional dengan teknologi secara turun-temurun. Hal ini
berkaitan dengan permodalan petambak dan keengganan mengendalikan beberapa
faktor penyebab kegagalan budidaya udang sekaligus. Munculnya permasalahn
lingkungan budidaya,serta penerapan teknologi yang sudah tidak sesuai,
menyebabkan tingginya peluang kegagalan.
v ASPEK PRODUKSI
Berdasarkan
identifikasi permasalan budidaya udang windu , terdapat sedikitnya tiga faktor
penyebab gagal berproduksi antara lain : kualitas benih yang rendah dan
terinfeksi virus white spot (WSSV); lingkungan tempat budidaya yang
terkontaminasi dan fluktuasi lingkungan dalam tambak yang ekstrim akibat
eutrifikasi. Permasalahan ini terjadi pada semua tingkatan teknologi pembesaran
mulai dari teknologi tradisional hingga intensif. Permasalahn lain yang dapat
memperparah kegagalan adalah sistem tata guna air yang buruk antar petambak
sehingga memudahkan terkontaminasi dan
infeksi pada petakan tambak dalam satu kawasan.
Permintaan negara konsumen udang
saat ini sangat menekankan keamanan pangan (food safety), sehingga mengharuskan
produksi udang bebas dari bahan-bahan yang berbahaya seperti antibiotik,
pestisida dan bahan berbahaya lainya. Oleh karena itu perlu disusun petunjuk
petunjuk teknis budidaya udang yang mampu memperkecil resiko kegagalan,ramah
lingkungan dan keamanan pangan dari
hasil produksi.
·
Faktor penghambat dan pendukug tercapainya sasaran produksi perikanan
produksi
Beberapa aspek yang menyebabkan
hasil budidaya tambak tidak maksimal, salah satu isu strategis adalah
terbatasnya pengetahuan dan teknologi budidaya yang dimiliki bagi para petani
tambak itu sendiri. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi ini berakibat pada
kesulitan mereka untuk dapat meningkatkan hasil produksi tambak persatuan luas.
Hal ini menjadi cermin bagi petugas perikanan dalam penyebarluasan atau
penyuluhan bagi petani tambak. Beberapa kemungkinan penyebab keterbatasan
pengetahuan dan teknologi petani tambak adalah :
2
a)
Terbatasnya jumlah dan kapasitas
pengetahuan tenaga pendamping yang dimilii oleh dinas terkait (dinas perikanan
dan kelautan badan diklat dll) dalam melakukan penyuluhan budidaya di lapangan.
b)
Kurangnya atau terputusnya
koordinasi dari instansi terkait dalam melakukan sosialisasi setiap teknologi baru yang dihasilkan.
c)
Secara umum petani tambak
mempunyai keengganan untuk menerima teknologi baru , yang belum dipraktekan
atau dilihat secara langsung oleh petani di daerah tempat usahanya. Hal ini
disebabkan karena adanya ketakutan dan keraguan mengenai tepat tidaknya
teknologi tersebut dalam meningkatkan produktivitas usahanya.
Adapun
faktor-faktor yang mendukung produktivitas perikanan budidaya antara lain :
1) Potensi sumber daya perikanan budidaya cukup besar dengan aneka jenis
ikan dan biota air laut maupun air tawar bernilai ekonomis (udang,ikan
kerapu,rumput laut,ikan patin dll) yang memungkinkan untuk dibudidayakan.
2) Lahan untuk usaha budidaya yang terbentang luas di wilayah indonesia.
3) Sumber daya manusia serta tenaga kerja yang relatif banyak dan murah.
v ASPEK PASAR
Dalam menjalankan bisnis ini
memang cukup menguntungkan dipasaran,tetapi juga banyak mengambil resiko Permintaan negara konsumen saat ini sangat
menekankan keamanan pangan (food safety), sehingga mengharuskan produksi udang
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya.
Setelah udang mencapai ukuran
konsumsi dengan harga pasar yang baik,harga jual udang tergantung size ukuran
dan tiap waktu harga bisa berubah sesuai ukuran atau size yang dibutuhkan pasar
, sehingga petambak harus mengikuti perubahan harga pasar udang berdasar size
atau ukuran waktu akan melakukan panen untuk mendapatkan nilai jual yang
tinggi. Selain itu mutu udangpun harus dijaga agar kualitas udang tetap terjaga
sehingga tidak menurunkan harga pada saat dijual.
Pemasaran udang windu akhir-akhir
ini agak kurang berjalan dengan lancar,salah satu penyebabnya adalah kegagalan
budidaya tambak udang di berbagai daerah sehingga para pengusaha udang banyak
mengurangi kegiatannya. Di samping itu informasi yang kurang terjalin dengan
baik antara produsen udang dengan pengusaha tambak juga mengakibatkan pemasaran
udang kurang lancar juga. Kondisi mutu udang menjadi issue utama sekarang ini
sehingga pengusaha tambak akan memilih udang yang bermutu baik. banyak faktor
teknis yang harus dipertimbangkan pasar dan harus diperhitungkan dalam
pelaksanaan panen.
ü Mengangkut udang dari tambak secepatnya untuk dibersihkan.
ü Membilas udang dengan air tawar dan bersih.
ü Mematikan udang dengan air es.
ü Memilih udang berdasarkan ukuran dan kualitas
ü Sesegera mungkin menimbang udang
ü Memberi es pada udang yang telah dipilah dengan berselang masing-masing
setebal 10cm.
Dengan cara diatas,
penurunan kualitas dan rasa udang hampir sama tidak terjadi,dan pembeli dari
dalam atau luar negeripun akan menghargainya dengan memberi harga yang tinggi.
v ASPEK OPERASIONAL
1)
Aspek operasional merupakan
prosedur baku yang menjadi pegangan bagi pembudidaya untuk dapat menerapkan
tata cara / aturan yang ada dengan semestinya. Standart operasional prosedur
adalah tuntunan yang telah teruji dan menjadi kebutuhan yang seharusnya dalam
menjalankan proses produksi yang di terapkan. Pernyataan “dengan benar dan
tepat waktu” adalah berupaya maksimal untuk tidak melakukan penggeseran atau
mengalihkan ketentuan yang ada dalam SOP tersebut. Sebagai konsekuensi yang
menjadi tanggung jawab adalah melaksanakan secara konsisten seluruh kaedah yang
telah tertulis dalam SOP dan menyempurnakan / memperbaiki segala bentuk ketidak
sesuaian yang tidak terjadi selama dalam pelaksanaan proses produksi.
2)
Tersedianya sarana dan prasarana
yang cukup dengan jangkauan yang mudah. Ketersediaan sarana budidaya yang cukup
dan lengkap serta tidak banyak mengalami kesulitan untuk mendapatkanya adalah
menjadi salah satu syarat yang tidak dapat lagi di tunda dalam proses produksi.
Demikian pula halnya bangunan (baik permanen maupun tidak). Serta prasarana
lainya yang mendukung dalam kelancaran proses produksi dan pemasaran hasil.
3)
Peningkatan etos kerja,penerapan
biosekurirti dan kerjasama mutualistis antar pembudidaya. Kegigian petambak
sebagai pelaku budidaya tentu tidak di sangsikan lagi akan keuletan dan kerja
kerasnya karena rasa memiliki dan rasa tanggung jawab sudah harus melekat dalam
kehidupanya guna mempertahankan dan ingin meraih sukses atas upaya yang
dilakukanya unutk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Penerapan
biosekurirti merupakan salah satu unsur kegiatan untuk melindungi segala upaya
yang dilakukan selama dalam proses produksi maupun pada masa tidak berproduksi.
Salah satu yang dimaksud dalam kerjasama yang menguntungkan antar pembudidaya
ini adalah seberapa besar upaya yang dilakukan untuk mempertahankan agar
kondisi kualitas lingkungan yang menjadi milik bersama (open access) seperti
saluran utama dan saluran sekunder pada kondisi yang baik.
BAB III
v RESIKO YANG MUNGKIN DIHADAPI
menurunya harga udang dikarenakan kualitas yang buruk akibat air yang
terkena limbah pabrik.
sulitnya penanganan penyakit
yang sering menjangkit udang di karenakan kurangnya obat-obatan/vitamin untuk
udang.
Tingginya bahan – bahan operasional kegiatan budidaya membuat kelesuan
dikalangan petambak. 4
kurangnya sumber daya manusia untuk mengelola tambak agar tetap sukses
dipasaran
pengelolaan masih menggunakan sistem tradisional karena kurangnya
teknologi yang memadai.
Kualitas benih yang rendah sehingga memudahkan bnih terserang
virus/penyakit.
Lingkungan budidaya yang gampang terkontaminasi dam fluktuasi
lingkungan dalam tambak yang ekstrim akibat eutrifikasi.
Keamanan pangan udang masih sangat rendah dari bahan – bahan berbahaya
seperti pestisida,antibiotik dll,karena kurangnya vitamin untuk udang.
v
ASPEK KEUANGAN
Anggaran Biaya Operasional Tambak
Udang Semi Intensif
NO
|
ITEM
|
VOLUME
|
UNIT PRICE
(RP)
|
TOTAL (RP)
|
|
I
|
INVESTASI
|
|
|
|
|
1.
|
Rekonstruksi tambak
|
|
|
|
|
|
a.pemasangan lapisan
inti
(waring) per (m)
|
400
|
7,500
|
3,000,000
|
|
|
b.pintu kayu pembuangan
(unit)
|
2
|
750,000
|
1,500,000
|
|
2.
|
Peralatan equipment
|
|
|
|
|
|
a.pump 8”,diesel,standar
dan
kelengkapanya (unit)
|
2
|
5,000,000
|
10,000,000
|
|
|
b.kincir ganda 1(unit)
|
1
|
10,500,000
|
10,500,000
|
|
|
c. salinometer (unit)
|
1
|
50,000
|
50,000
|
|
|
d. thermometer (unit)
|
|
25,000
|
25,000
|
|
|
e. ph pen
|
|
500,000
|
500,000
|
|
|
f. tes kit alkalinitas
(unit)
|
1
|
250,000
|
250,000
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
25,825,000
|
|
II
|
OPERATIONAL COST :
|
|
|
|
|
|
a. persiapan tambak
(caren,jembatan,anco)
|
3
|
500,000
|
1,500,000
|
|
|
b. benih udang padat
tebar 10
pcs/m2 (ekor)
|
100,000
|
40
|
4,000,000
|
|
|
c. pakan pellet (kg)
|
2,250
|
8,000
|
18,000,000
|
|
|
d. benih bandeng sebagai
biofilter
(ekor)
|
2,000
|
250
|
500,000
|
|
|
e. pakan pellet bandeng
(kg)
|
400
|
2,500
|
1,000,000
|
|
|
f. suplement multivitamin
(packet)
|
1
|
500,000
|
500,000
|
|
|
g. caporit (calsium
hypochloryde)
(kg)
|
360
|
9,000
|
3,240,000
|
|
|
h. kapur (caOH) (kg)
|
1500
|
400
|
600,000
|
|
|
i. pupuk NPK (kg)
|
200
|
1,750
|
350,000
|
|
|
j. pupuk lengkap mikronutrien
(kg)
|
10
|
16,000
|
160,000
|
|
|
k. molase / tetes tebu
(liter)
|
100
|
1500
|
150,000
|
|
|
l. trasfish pakan segar (kg)
|
200
|
5,000
|
1,000,000
|
|
|
m. probiotik (package)
|
|
1,000,000
|
1,000,000
|
|
|
n. fuel (I)
|
|
|
|
|
|
Pump (unit)
|
2,000
|
1,700
|
3,400,000
|
|
|
Pedla well
|
750
|
1,700
|
1,275,000
|
|
|
o. oil (I)
|
60
|
12,500
|
750,000
|
|
|
p. equipment maintenance
(package)
|
2
|
500,000
|
1,000,000
|
|
|
q. labour cost (mont)
|
12
|
500,000
|
6,000,000
|
|
|
r. tecnician sepervisior (mont)
|
6
|
750,000
|
4,500,000
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
48,925,000
|
|
III
|
Production
|
|
|
|
|
|
a. est.prod SR 60 %,size
40
ekor/kg
|
1500
|
50,000
|
75,000,000
|
|
|
b. est. prod milk fish
SR 90 %,size
4 ekor/kg
|
400
|
6,000
|
2,400,000
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
77,400,000
|
|
IV
|
Opertional cost :
|
|
|
|
|
|
a. operational (item
3-6)
|
|
|
48,925,000
|
|
|
b. penyusutan 20 % (item
1+2)
|
|
|
5,165,000
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
54,090,000
|
|
V
|
KEUNTUNGAN
|
|
|
23,310,000
|
|
Keterangan :
Biaya produksi (SR 60%,FCR
1,5)= Rp. 36,060
BAB IV
v ANALISA EKONOMI
|
|
||||
Ada beberapa metode penilaian investasi
yang tujuanya untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dikatakan layak atau
tidak untuk dilanjutkan atau diteruskan. Karena dalam analisa ekonomi ini akan
diketahui keadaan yang mencerminkan perkembangan usaha, terutama untuk masa jangka
panjang, terlihat adanya perkembangan finansialnya. Adapun analisa keuangan
yang dipergunakan pada umumnya adalah :
Ø Analisa payback period
Ø Analisa benfid cost ratio (BCR)
Ø Analisa break even point/titik impas (BEP)
Ø Analisa internal rate of return (IRR)
Ø Analisa financial rate of return (FRR)
Ø Analisa payback period of credit
Payback
period adalah suatu metoda yang menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan
agar dana yang dikeluarkan/tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh
kembal seluruhnya.
Benefit cost ratio adalah
perbandingan antara total pendapatan selama masa tertentu (besarnya manfaat)
dengan capital out lay.
6
Break
even point/titik impas adalah suatu tekhnik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap,biaya variabel,keuntungan dan volume kegiatan.
Internal
rate of return adalah sebagai tingkat bunga yang akan dijadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai
sekarang dari pengeluaran modal.
Financial
rate of return adalah tingkat pengembalian modal dalam satu tahun usaha yang
dijalankan.
Payback
period of credit adalah jangka waktu pengembalian kredit atau modal/investasi.
Berikut dibawah ini contoh
dalam perhitungan analisa usaha bidang perikanan budidaya sebagai berikut :
1. Analisa usaha
budidaya udang windu teknologi semi intensif program revan di desa segaramakmur
kec.tarumajaya kabupaten bekasi.
v Investasi
NO
|
KOMPONEN ATAU KEGIATAN
|
JUMLAH (RP)
|
1
|
Sewa lahan selama 1
tahun
|
3,000,000
|
2
|
Prbaikan konstruksi
tambak
|
2,500,000
|
3
|
Kincir air (long arm
1 unit)
|
12,000,000
|
4
|
Peralatan tambak, 1
unit
|
2,000,000
|
5
|
Peralatan monitoring
|
|
|
Total investasi
|
20,800,000
|
v
Biaya Operasional
NO
|
KOMPONEN ATAU KEGIATAN
|
JUMLAH (RP)
|
1
|
Kapor dolomite 4 ton
|
3,200,000
|
2
|
Pupuk (raja
bandeng,molasses,sps)
|
648,000
|
3
|
Molasses (tetes tebu)
400 kg
|
800,000
|
4
|
Saponin 50 kg
|
125,000
|
5
|
Probiotik (super ps) 40 liter
|
600,000
|
6
|
Disinfektan (repoor)
5 liter
|
375,000
|
7
|
Benih udang bebas
virus 270.000 ekor
|
9,450,000
|
8
|
Vitamin C 2 kg
|
230,000
|
9
|
Antibiotik 1 kg
|
292,000
|
10
|
Minyak cumi 4 liter
|
100,000
|
11
|
Pakan udang (pellet)
4,700 kg
|
47,000,000
|
12
|
BBM 1836 liter
|
5,490,000
|
13
|
Suku cadang mesin
|
1,500,000
|
14
|
Gaji
karyawan,konsumsi 2 orang,4 bulan
|
8,000,000
|
15
|
Gaji mekanik,2 orang
4 bulan
|
1,000,000
|
16
|
Gaji keamanan,2 orang
4 bulan
|
2,400,000
|
17
|
Biaya panen 1 paket
|
2,000,000
|
|
Total biaya variabel
|
83,210,000
|
7
Jumlah biaya (TC) =
(TC+TVC) = Rp.
104.010.000
Hasil
(revenue/benfit) =
a) Udang windu 3.554 kg
(x2) @ 36.099,4 = Rp. 256.560.000
Hasil bersih (TR-TC) = Rp. 152.550.000
KESIMPULAN
:
A.
B/C Ratio = TR = Rp. 256.560.000 =
2,46
TC Rp. 104.010.000
Artinya : B C Ratio >
dari 1 berarti layak untuk dijalankan , dan setiap
pengeluaran Rp. 1 akan menghasilkan pemasukan Rp. 2,46
B.
BEP Harga = TC = Rp. 104.010.000 = Rp. 14.632,8
Tol prod/thn 7.108 kg
Artinya : titik impas harga
terjadi Rp. 14.632,8
C.
= HASIL BERSIH =
Rp.152.550.000 X 100% = 734 %
INVESTASI Rp. 20.800.000
Artinya : kepercayaan pada
usaha ini 734 %
D.
PPC =
INVESTASI = RP.20.800.000 X 1 Tahun = 0,12 Tahun
HASIL BERSIH Rp.152.550.000
Artinya : kegiatan usaha ini
pengembalian kreditnya adalah 0,12 tahun (2 bulan).
8
BAB V
KESIMPULAN
Produksi udang di tanah air
hingga saat ini pasok utamanya masih mengandalkan hasil tangkapan dari laut,
yang kegiataannya terkadang sangat sulit dikendalikan untuk tetap pada produksi
optimum. Kegiatan penangkapan udang di laut sudah cenderung melebihi jumlah
penangkapan yang di perbolehkan sehingga dapat membahayakan keseimbangan
biologis perairan. Beberapa perusahaan penampungan udang (cold strorage) di
indonesia telah mencatat bahwa saat sekarang jumlah produksi hasil tangkapan
udang dari laut jauh menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa populasi udang di laut
telah mengalami penurunan akibat eksploitasi yang berlebihan akibat intensitas
alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan. Agar pemenuhan jumlah ekspor udang
dapat terus di pertahankan, maka pemerintah telah mengambil langkah-langkah
diantaranya dengan program peningkatan budidaya untuk ekspor perikanan
(propekan)melalui pengembangan wilayah budidaya (tambak)sesuai dengan
spesifikasi dan karakteristik wilayah masing-masing.
Budidaya udang di tambak kiranya perlu terus ditingkatkan
karena sebenarnya prinsip dari usaha tersebut adalah mengaplikasikan teknologi
yang dapat merubah proses produksi melalui ukuran ekologis sesuai yang
dianjurkan dalam cara budidaya ikan yang baik (good aqualture practices), agar
produksi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar saat ini,
terutama untuk negara uni eropa. Penyediaan benih sebagai mata rantai pertama
dalam pembudidayaan udang memegang peranan cukup penting. Bahkan untuk
melaksanakan usaha budidaya udang dengan teknologi tinggi (intensif),semi
intensif maupun tradisional,penyediaan benih secara berkesinambungan sangat
diperlukan tidak hanya untuk peningkatan produksi (kuantitas) tetapi juga
menjamin mutu (kualitas) produk sehingga mampu bersaing terutama di pasaran
internasional .
9
DAFTAR ISI
BAB I
Ø PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
o PERKEMBANGAN
BUDIDAYA UDANG DI INDONESIA.............................................. 1
o KEAMANAN
PANGAN UDANG WINDU......................................................................... 1
BAB II
Ø DESKRIPSI BISNIS.................................................................................................................. 2
Ø ASPEK PRODUKSI...................................................................................................................
2
Ø ASPEK PASAR.......................................................................................................................... 3
Ø ASPEK OPERASIONAL...........................................................................................................
4
BAB III
Ø RESIKO YANG MUNGKIN
DIHADAPI.................................................................................
4
Ø ASPEK KEUANGAN
.................................................................................................................
5
ü ANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL................................................................................ 5
ü KEUNTUNGAN....................................................................................................................
6
BAB IV
Ø ANALISA EKONOMI....................................................................................................................7
Ø Analisa payback period.............................................................................................7
Ø Analisa benfid cost ratio (BCR).................................................................................
7
Ø Analisa break even point/titik impas (BEP)................................................................ 8
Ø Analisa internal rate of return (IRR)..........................................................................
8
Ø Analisa financial rate of return (FRR).........................................................................
8
Ø Analisa payback period of credit...............................................................................
8
BAB V
Ø KESIMPULAN..............................................................................................................................
9
LAPORAN PERENCANAAN BISNIS
BUDIDAYA UDANG WINDU
SEMI INTENSIF
OLEH : HENDRA WIJAYA
NPK :111000345
DOSEN :
SUDARMADJI
KEWIRAUSAHAAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar